Bali memiliki potensi besar untuk mendatangkan wisatawan dari bisnis meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE) mengingat bisnis ini belum tergarap dengan optimal di daerah ini. Untuk menggarap MICE ini, Bali harus memiliki semacam wadah khusus atau biro sebagai hub MICE sehingga bisa bekerja secara maksimal dan satu pintu. Seperti apa peluang Bali jadi hub biro MICE atau Bali Convention and Exhibition Bureau (Bali CEB) tersebut ?
BALI memiliki fasilitas yang lengkap untuk menyelenggarakan MICE mulai sumber daya manusia (SDM), hotel hingga destinasi yang bagus. Berdasarkan hasil penelitian dari International Congress Convention Association (ICCA), wisatawan MICE mengeluarkan uang 3 kali lebih besar dari wisatawan biasa (leisure). Itu menunjukkan MICE sangat strategis dari sisi bisnis, sebab dibandingkan leisure, jauh lebih baik revenue-nya. Jadi MICE bila digarap dengan optimal akan memberikan hasil yang lebih baik.

Di sinilah Bali perlu membentuk Bali CEB sebagai hub MICE agar dapat meng-grab wisatawan MICE karena wisatawan ini memiliki spending money yang kuat. Harapannya daerah ini bisa mendapatkan wisatawan berkualitas.

“Indonesia untuk MICE itu masih di bawah, kalah dengan tetangga Malaysia, Thailand dan Singapura, bahkan Vietnam menyusul,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali, Trisno Nugroho.

Menurutnya, menghadapi makin menurunnya kualitas wisman dan makin berkembangnya destinasi wisata di negara kompetitor, Bali ke depan harus segera menerapkan quality tourism. Ini bisa diwujudkan dengan kesetaraan kualitas antara supply-demand, yaitu antara destinasi/produk wisata dan wisatawan yang berkunjung dan sebagainya.

Ia tidak memungkiri Bali selama ini banyak menerima kegiatan MICE namun kebanyakan dari event organizer (EO) dari Jakarta. Dengan adanya Bali CEB, ke depannya, semua kegiatan MICE yang dilakukan di Bali akan masuk dan ditangani Bali CEB langsung. Itu berarti Bali yang mengurus langsung segala kegiatan MICE tidak melalui pihak ketiga. Pebisnis asing pun tidak akan bingung lagi mencari tempat, siapa dihubungi dan di mana saja bisa digelar MICE. Kegiatan MICE pun tidak akan terpusat di satu tempat sehingga pendapatan untuk Bali bisa meningkat.

“Bali CEB ini di dalamnya nanti akan ada pelaku hotel, pelaku pariwisata di Bali dan semua kebutuhan selama kegiatan MICE tersebut, termasuk hotel berjaringan internasional akan masuk ke Bali CEB dengan menjadi member,” jelasnya.

Untuk itu Bali CEB harus ada gubernur, pemerintah di atasnya, tidak boleh swasta. Rencananya biro MICE tersebut akan dibuatkan lembaga tersendiri di luar dari lembaga pariwisata yang ada, namun dengan leading sector Dinas Pariwisata Provinsi Bali.

“Kita sudah bertemu dengan Gubernur dan diberikan izin. Kita sedang mencari formatnya, bureau MICE ini di bawah siapa. Tetapi ada SK Gubernur seperti perusda, BPPD Bali dan perlu dibuatkan lagi pergub Bali CEB,” ungkapnya.

Kementerian Pariwisata pun dikatakan sudah merespons rencana ini. Pada 2020, Bali CEB akan disediakan ruang untuk ikut pameran di Australia dan Frankfrut.

Sebelumnya owner Segara Village Sanur IB Ngurah Wijaya menyampaikan wisatawan MICE sangat sedikit karena tidak fokus menggarapnya. Satu sisi di Bali fasilitasnya semua ada.

Sementara Nur Fatonah selaku Asdep PWAB Kemenpar RI mengatakan, negara pesaing yang memperebutkan wisata MICE ini cukup banyak. “Kalau Indonesia, pesaingnya Thailand dan Singapura. Bali sendiri juga ada seperti Yogyakarta,” jelasnya.

Dikatakan Nur, kontribusi revenue MICE hampir 25 persen. Karena itu, MICE ini jadi program prioritas nasional. Devisa terbesar ada di MICE. Pasarnya juga banyak, selain pemerintah, organisasi hingga ormas dan lainnya. *dik

Source : http://bisnisbali.com/