Jakarta – Menparekraf Wishnutama ingin mengembangkan kawasan Bali bagian utara, termasuk timur dan barat. Tapi rasanya, ada tantangan yang tak mudah.

   Pekan lalu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama bersama wakilnya Angela Tanoe mengunjungi Bali sebagai kunjungan kerja perdana ke daerah. Selama di Bali, mereka bertemu Gubernur Bali, Wayan Koster dan para pelaku wisata.
Salah satu hasil pertemuan tersebut adalah, Wishnutama ingin mengembangkan pariwisata di Bali bagian utara, barat, dan timur. Tentu bukan rahasia lagi, kawasan Bali bagian selatan seperti Kuta, Sanur, dan Seminyak sudah penuh sesak.Konsentrasi pariwisata Bali pun terpusat di bagian selatan. Hingga akhirnya muncul permasalahan seperti overtourism, hingga kemacetan.

Tantangan Wishnutama untuk Kembangkan Pariwisata Bali UtaraWishnutama saat kunjungan kerja perdana di Bali (Afif Farhan/detikcom)

BACA JUGA: Siap Benahi Turis Nakal di Bali, Wishnutama?

Praktisi dan pemerhati pariwisata asal Bali, Puspa Negara berpendapat, pengembangan pariwisata Bali bagian utara, timur, dan barat tidak semudah membalikan telapak tangan. Akesesibilitas menjadi tantangan terberat.

“Aksesibilitas menjadi faktor penentu terdistribusinya wisatawan maupun berkembangnya destinasi di belahan Bali utara, timur, dan barat. Ini tak lepas dari kondisi infrastruktur pendukung kepariwisataan lebih dominan ada di Bali selatan seperti bandara, sarana, dan prasarana pendukung lainnya,” kata Puspa kepada detikcom, Selasa (26/11/2019).

Tantangan Wishnutama untuk Kembangkan Pariwisata Bali UtaraKawasan Bali utara yang penuh kontur perbukitan (Imam Sunarko/d’Traveler)

Rata-rata, wisatawan yang menginap di Bali menghabiskan waktu 2-3 malam. Tentu kalau dari kawasan selatan ke utara Bali, waktunya akan habis di jalan.

“Turis yang datang lewat jalur laut seperti cruise, ada yang berlabuh di Padang Bay (Bali bagian timur), Celukan Bawang (Bali bagian utara) dan Gilimanuk (Bali barat). Namun angkanya, itu hanya 2 persen saja dari total turis yang datang ke Bali. Sisanya melalui Bandara Ngurah Rai di Bali bagian selatan,” papar Puspa.

Bagaimana soal pembangunan bandara di kawasan Buleleng?”Begini, tahun 1967 ibukota Bali pindah dari Singaraja ke Denpasar, mungkin karena upaya untuk membangun bandara sebagai pintu masuk, yang mana pembangunan bandara relatif lebih mudah di Bali bagian selatan,” jawab Puspa.

Maksudnya pembangunan bandara relatif lebih mudah?

“Kawasan Bali bagian utara mungkin secara geografis memang sulit dibangun bandara karena kontur lahan yang berbukit, sedangkan di Bali bagian selatan relatif datar. Termasuk untuk membangun bandara di atas laut di Bali bagian utara, biayanya lebih besar,” terangnya.

Tantangan Wishnutama untuk Kembangkan Pariwisata Bali UtaraMenteri Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono saat meninjau proyek Jalan Pintas di Mangwitani-Singaraja di Bali (Kementerian PUPR)

Puspa menjelaskan, oleh sebab itu harus ada perhitungan matang dari Kementerian Perhubungan dan Kementerian PUPR untuk membangun bandara dan jalan tol. Sementara menanti bandara dan jalan tol tersebut, Wishnutama disarankan untuk memperkuat SDM, atraksi wisata, dan peningkatan MICE di Bali bagian selatan.

“Menteri Parekraf Wishnutama bisa fokus untuk perbaikan destinasi, penguatan SDM pariwisata, penguatan atraksi wisata, dan peningkatan MICE,” tutup Puspa.

Sumber : https://travel.detik.com/