TEMPO.CO, Jakarta – Pemerintah DI Yogyakarta tak menampik salah satu kunci Yogyakarta mampu mendatangkan wisatawan, tak semata karena memiliki kekayaan tradisi, budaya dan destinasinya.
Selain modal besar di bidang pariwisata itu, wisatawan berprofil tinggi bisa diundang ke Yogyakarta melalui sektor MICE atau meeting, incentive, convention, and exhibition atau pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran.
“Sektor MICE Yogyakarta efektif untuk mendatangkan wisatawan, terutama untuk event meeting yang melibatkan grup,” ujar Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Sapto Rahardjo Selasa 7 Januari 2020. Singgih menuturkan wisatawan yang dipikat melalui event-event itu, kerap loyal dalam membelanjakan uangnya di Yogyakarta.
“Spending money-nya tinggi, multiplayer effect-nya luas, mulai hotel, restoran, transportasi, destinasi kuliner oleh-oleh semua ikut terdampak,” ujarnya.
Yogyakarta dengan daya tarik budaya dan sejarahnya, membuat kota itu digemari penyelenggara MICE untuk menggelar event. Persoalannya, venue untuk menunjang perhelatan MICE di Yogyakarta. Perhelatan MICE selama ini masih terpusat di titik titik tertentu. Misalnya, untuk acara yang skalanya luas dan besar, venue yang jadi andalan tak lain Jogja Expo Center atau JEC.
Pengunjung mengamati motor modifikasi di ajang Kustomfest 2013, Jogja Expo Center (JEC), Bantul, Yogyakarta, (6/10). Pameran ini untuk memperkenalkan kreativitas dan kemampuan modifikasi otomotif anak-anak negeri. TEMPO/Suryo Wibowo.
Singgih menilai, Yogyakarta butuh venue lebih banyak sehingga tersebar saat ada pameran atau kegiatan, yang berhubungan dengan MICE ini, “Masih perlu (venue) lebih banyak,” ujarnya.
Hal serupa diungkapkan Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta, Deddy Pranawa. Menurutnya Yogyakarta butuh lebih banyak venue untuk mendorong MICE ini, lebih berkembang merata dan menggeliatkan kunjungan wisatawan.
Menurut Deddy, jika Yogyakarta hanya mengandalkan venue yang ada seperti JEC, dirasa masih kurang, “Untuk menambah venue MICE, pemerintah bisa menggandeng investor untuk membangun seperti di dekat kawasan bandara baru di Kulon Progo,” ujarnya.
Alasan Deddy, venue di kawasan Kulon Progo untuk menangkap event potensial yang butuh kedekatan jarak dengan bandara, “Jadi ketika wisatawan turun dari bandara itu, tak langsung bablas ke Borobudur, tapi bisa mampir di venue dekat bandara itu,” ujarnya.
Deddy pun mengungkap, dari hasil pertemuan dengan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X, sempat pula disinggung wacana untuk memperluas kawasan JEC agar lebih presentatif lagi menjadi pendukung MICE.
Namun Ketua Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi) Yogyakarta Syamsun Hasani yang juga kontraktor stan yang kerap menggelar berbagai pameran di Yogyakarta, menilai Yogyakarta saat ini belum terlalu butuh venue baru.
“Sebab saat ini di Yogyakarta makin banyak pameran-pameran digelar di venue yang disediakan mall, tak terpusat seperti harus di JEC lagi,” ujarnya.
Pertimbangan penyelenggara yang menggelar pameran di mall, biasanya karena melihat pengunjungnya sudah pasti dan lebih hemat biaya, “Kalau kami memakai venue khusus, biasanya harus keluar biaya promosi sendiri untuk mendatangkan pengunjung, ini sering jadi pertimbangan,” ujarnya.