Padang – Wisata halal semakin menjadi pilihan banyak wisatawan, tapi masih stagnan di Sumatera Barat. Wisata MICE jadi alternatif yang potensial.

Meski telah menerima 2 penghargaan The World Halal Tourism Award 2016 yaitu World’s Best Halal Destination dan World’s Best Halal Culinary Destination pada 2016, namun Sumbar sebenarnya belum pernah mengenal konsep wisata halal sebelumnya. Tiga tahun sejak dimulai pada 2016, geliat ‘halal tourism’ itu masih amat lemah, cenderung stagnan.

Seperti dilansir dari Antara, Rabu (21/11/2018) Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menyebut konsep pariwisata halal pada satu sisi memang baik. Tetapi pada sisi lain, wisatawan asing itu sebagian bukan muslim, karena itu penggunaan kata halal membuat mereka ragu untuk datang, karena seakan-akan pariwisata di Sumbar hanya ditujukan bagi wisatawan muslim.

Ditambah lagi, wisatawan Timur Tengah atau negara-negara Islam yang diharapkan datang ke Sumbar yang mengedepankan ‘halal tourism’ ternyata lebih memilih Bali sebagai tempat untuk berlibur.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar, sejak Mei hingga September 2018 menunjukan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke daerah itu relatif meningkat. Namun dari sebaran kewarganegaraan wisatawan yang datang, sebagian besar masih didominasi oleh Malaysia, Australia, AS, Prancis, Tiongkok, Inggris, Singapura, Taiwan dan Thailand.

Sementara wisatawan asal Timur Tengah yang menjadi bidikan ‘halal tourism’ masih sangat minim. Wisatawan Malaysia datang ke Sumbar lebih karena kedekatan budaya, bukan karena Sumbar adalah destinasi wisata halal.

Itulah yang kemudian membuat Sumbar tergoda dengan konsep wisata lain yaitu Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) atau Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran. Pascarekonstruksi gempa Padang 2009, berlahan geliat MICE kembali dirasakan. Kegiatan terakhir yang sukses di gelar di Sumbar adalah Hari Pers Nasional (HPN) 2018 dengan peserta 3.000 orang.

Gubernur Irwan Prayitno mengatakan MICE lebih logis untuk dikembangkan di Sumbar dan pihaknya mendukung penuh bahkan memberikan sambutan khusus bagi pihak yang menggelar acara-acara besar di Sumbar.

“Gubernur akan langsung menyambut dan menjamu seluruh tamu yang datang menggelar acara nasional dan internasional di Sumbar,” katanya.

Konsep wisata itu didukung oleh infrastruktur hotel dan ruang konvensi yang memadai. Data BPS Sumbar pada 2018 jumlah hotel di daerah itu sebanyak 374 unit dengan 8.280 kamar. Jumlah itu terbagi atas 58 hotel bintang 1 hingga bintang 5, sedangkan 316 unit lainnya merupakan pondok wisata dan hotel melati.

Selama di Sumbar, wisatawan bisa menikmati seni budaya, wisata kuliner dan destinasi yang beragam mulai dari laut, perbukitan, ngarai, danau serta pegunungan. Di Padang, pengunjung dapat menikmati keindahan pantai Padang atau pantai Air Manis, lengkap dengan legenda Malin Kundang.

Pada rute Padang-Bukittinggi, mereka akan melihat Anai Resort, tempat pemandian dan olahraga golf, air terjun, dan sampai di Padangpanjang ada kuliner khas sate. Di Kota Bukittinggi, ada Ngarai Sianok, Jam Gadang, Lubang Jepang, di Limapuluh Kota ada Lembah Harau dan Ngalau, lalu ke Agam dapat melihat Danau Maninjau, dan Puncak Lawang.

Kemudian kalau ke Tanah Datar, mereka dapat melihat Rumah Gadang Istano Basa Pagaruyung dan berbagai kegiatan budaya tradisional yang menjadi daya tarik, seperti Pacu Jawi, Pacu Itik dan Pacu Kuda. Pengunjung juga dapat melihat keindahan Danau Singkarak, dan Danau di Atas serta di Bawah di Kabupaten Solok, kemudian pencinta selancar bisa menikmati ombak laut Mentawai.

Meski mulai melirik pada MICE, tetapi Irwan menyebut konsep wisata halal akan tetap dikembangkan di Provinsi Sumatera Barat. (fay/fay)

Sumber : https://travel.detik.com/