JAKARTA, KOMPAS.com – Tren wisatawan MICE tahun 2019 mengalami penurunan sebesar 10 persen dibanding tahun sebelum.

Staf Ahli Kemenparekraf Bidang Perekonomian dan Pengembangan Wisata Anang Sutono menyampaikan, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Jakarta dalam rangka MICE hanya 2.094.697 orang. Jumlah ini diprediksi tak akan mencapai target 3 juta wisman pada akhir tahun. Menurut Anang, hal ini terjadi karena berbagai faktor.

Namun satu cara yang harus dilakukan agar tren wisatawan MICE pada 2020 bisa meningkat adalah dengan adanya sinergi dari berbagai pihak yang terlibat. “Kita mau ngomong apa saja kalau tidak dikeroyok ramai-ramai itu percuma.

Nanti orang bisnis ke mana, pemerintah ke mana, media nulis apa, kalau tidak kompak bisa rugi. Ini masalah sinergi, permasalahan klasik yang tidak pernah selesai,” ujar Anang kala ditemui Kompas.com pada acara Focus Group Discussion MICE sebagai Motor Perekonomian Jakarta pada Senin (9/12/2019).

Menurutnya, Jakarta memiliki banyak potensi untuk menjadi kota destinasi MICE nomor satu di Indonesia. Namun saat ini Jakarta masih kalah posisi dibandingkan Bali dan Yogyakarta. Besarnya anggaran disebutkan Anag tak akan berpengaruh besar jika tak ada sinergi yang baik antara pihak yang terlibat. “Potensi (Jakarta) kan tidak mungkin tidak. MICE itu bagian dari event.

Jali bisa menggerakkan event yang ada MICE-nya ada sport event juga. Kita cuma kurang kompak. Politisi juga harus diajak biar bisa menyetujui anggaran yang cukup,” tutur Anang. Menurutnya, dalam mengembangkan MICE tak bisa sembarangan. Pertumbuhan tren wisatawan MICE tak hanya berpacu pada angka kedatangan wisatawan saja.

Namun juga bergantung pada aspek-aspek Compound, Average, Growth, dan Ratio atau CAGR. Pertumbuhan jumlah wisman MICE yang datang harus bergerak positif dengan jumlah uang yang mereka keluarkan kala berwisata di Indonesia. “Kalau kemarin hanya sekitar 1.200 dollar AS per kedatangan per pax. Bagaimana caranya ini supaya tumbuh, jangan stagnan atau malah turun. Caranya untuk bagus? Length of staying harus bertambah,” jelas Anang.

Sumber : https://travel.kompas.com/